Karena sudah banyak yang dibuat secara sintetis, antibiotika dapat didefinisikan sebagai semua senyawa kimia yang dihasilkan oleh organisme hidup atau yang
diperoleh melalui sintesis yang memiliki indeks khemoterapi tinggi, yang manifestasi aktivitasnya terjadi pada dosis yang sangat rendah secara spesifik melalui inhibisi proses vital tertentu pada virus, mikroorganisme ataupun juga berbagai organisme bersel majemuk.
Setiap antibiotik sangat beragam efektivitasnya dalam melawan berbagai jenis bakteri. Ada antibiotika yang membidik bakteri gram negatif atau gram positif saja, dan ada pula yang spektrumnya lebih luas, melawan ke duanya. Kemampuan antibiotika dalam menyembuhkan juga bergantung pada lokasi infeksi dan kemampuan antibiotik mencapai lokasi tersebut. Di samping itu, berkat kemajuan teknologi farmasi, pemakaian antibiotika generasi terakhir tidaklah seruwet sebelumnya. Banyak antibiotika kini digunakan dua kali sehari. Malah ada juga yang 1 kali sehari, dengan kemampuan membunuh kuman yang lebih prima.
Kuman juga mahluk hidup. Mereka rupanya mengadakan berbagai "upaya dan konsolidasi" untuk melawan serangan antibiotika. Karena sering terpapar antibiotika yang tidak terkontrol penggunaannya, banyak kuman yang resisten terhadap antibiotika. Antibiotika yang tadinya ampuh membunuh kuman, perlahan-lahan mulai tidak mampu membunuh kuman.
Karena makin banyak kuman yang resisten, para ilmuwan berpacu dengan waktu mencari antibiotika baru sebagai pengganti. Saat ini, setidaknya ada 3 antibiotika baru yang sedang diteliti efektifitasnya dalam membasmi bakteri patogen. Walau masih perlu banyak waktu lagi untuk dilepas ke pasaran obat dunia, banyak ahli yang memperkirakan antibiotika baru ini kelak hampir sama fenomenalnya dengan kemunculan Penisillin. Ketiga antibiotika tersebut adalah myxopyronin, corallopyronin, dan ripostatin, yang bekerja dengan menghambat kerja RNA polymerase dari bakteri (ensim yang dibutuhkan bakteri untuk membentuk protein). Ketiga antibiotika baru tersebut termasuk kelompok antibiotika broad spektrum, mampu membunuh banyak kuman ganas, termasuk kuman TBC yang sudah mulai resisten terhadap banyak obat TBC.
Logika Penggunaan Antibiotika
Antibiotika hanya bekerja untuk mengobati penyakit infeksi yang disebabkan bakteri. Antibiotik tidak bermanfaat mengobati penyakit akibat virus, jamur, atau nonbakteri lainnya. Penggunaan antibiotik secara rasional diartikan sebagai pemberian antibiotik yang tepat indikasi, tepat penderita, tepat obat, tepat dosis regimen dan waspada terhadap efek samping obat yang dalam arti konkritnya adalah:
- pemberian resep yang tepat
- penggunaan dosis yang tepat
- lama pemberian obat yang tepat
- interval pemberian obat yang tepat
- kualitas obat yang tepat
- efikasi harus sudah terbukti
- aman pada pemberiannya
- tersedia bila diperlukan
- terjangkau oleh penderita
Penggunaan antibiotik yang tidak rasional, seperti untuk mengobati flu (disebabkan virus) akan menimbulkan dampak negatif, seperti terjadinya kekebalan kuman terhadap beberapa antibiotik, meningkatnya kejadian efek samping obat di samping biaya pelayanan kesehatan menjadi tinggi.
Pembuat resep seharusnya memiliki tabel kuman-kuman patogen yang biasanya menjadi penyebab infeksi yang lazim terjadi. Pengetahuan mengenai pola resistensi kuman terbaru perlu diketahui penulis resep antibiotik. Apakah suatu mikroba patogen sudah predictable resistance atau emerging resistance akan mempengaruhi ketepatan dan efektifitas pengobatan. Pada predictable resistance bakteri patogen bersangkutan dipastikan hampir seratus persen sudah resisten terhadap antibiotik, seperti Klebsiella Sp. resisten terhadap amoksisilin (95%). Suatu bakteri disebut emerging resistance apabila kuman patogen yang mulanya tidak resisten kemudian mulai menjadi resisten, misalnya Haemophilus influenza terhadap ampisilin (15-25 persen).
Antibiotika hanya bekerja untuk mengobati penyakit infeksi yang disebabkan bakteri. Antibiotik tidak bermanfaat mengobati penyakit akibat virus, jamur, atau nonbakteri lainnya. Penggunaan antibiotik secara rasional diartikan sebagai pemberian antibiotik yang tepat indikasi, tepat penderita, tepat obat, tepat dosis regimen dan waspada terhadap efek samping obat yang dalam arti konkritnya adalah:
- pemberian resep yang tepat
- penggunaan dosis yang tepat
- lama pemberian obat yang tepat
- interval pemberian obat yang tepat
- kualitas obat yang tepat
- efikasi harus sudah terbukti
- aman pada pemberiannya
- tersedia bila diperlukan
- terjangkau oleh penderita
Penggunaan antibiotik yang tidak rasional, seperti untuk mengobati flu (disebabkan virus) akan menimbulkan dampak negatif, seperti terjadinya kekebalan kuman terhadap beberapa antibiotik, meningkatnya kejadian efek samping obat di samping biaya pelayanan kesehatan menjadi tinggi.
Pembuat resep seharusnya memiliki tabel kuman-kuman patogen yang biasanya menjadi penyebab infeksi yang lazim terjadi. Pengetahuan mengenai pola resistensi kuman terbaru perlu diketahui penulis resep antibiotik. Apakah suatu mikroba patogen sudah predictable resistance atau emerging resistance akan mempengaruhi ketepatan dan efektifitas pengobatan. Pada predictable resistance bakteri patogen bersangkutan dipastikan hampir seratus persen sudah resisten terhadap antibiotik, seperti Klebsiella Sp. resisten terhadap amoksisilin (95%). Suatu bakteri disebut emerging resistance apabila kuman patogen yang mulanya tidak resisten kemudian mulai menjadi resisten, misalnya Haemophilus influenza terhadap ampisilin (15-25 persen).
Prinsip Penggunaan Antibiotika
Pemilihan antibiotik hendaknya didasarkan atas pertimbangan beberapa faktor, yaitu: spektrum antibiotik, efektifitas, sifat-sifat farmakokinetik, keamanan, pengalaman klinik sebelumnya, kemungkinan terjadinya resistensi kuman, super infeksi dan harga yang terjangkau. Faktor-faktor mana yang lebih dipentingkan dipengaruhi oleh berat-ringannya penyakit dan maksud pemberian antibiotik: apakah untuk profilaksis, terapi empiris, atau terapi terarah untuk satu atau lebih kuman patogen.
Pemberian antibiotik terapetik dilakukan atas dasar penggunaannya secara empirik atau terarah pada kuman penyebab yang diketemukan.
Penggunaan antibiotik secara empirik adalah pemberian antibiotik pada kasus infeksi yang belum diketahui jenis kumannya. Antibiotik diberikan berdasar data epidemiologik kuman yang ada. Hal ini tidak dapat dihindarkan karena antibiotik sering sudah dibutuhkan sewaktu antibiogram belum ada, selain itu pengobatan secara empiris umumnya dapat berhasil sekitar 80-90%. Dalam keadaan sehari-hari, kiranya cukup relevan untuk menggunakan antibiotik dengan spektrum sesempit mungkin, yang ditujukan khusus kepada kuman yang diduga sebagai penyebabnya. Hal ini mempunyai berbagai keuntungan, misalnya lebih efisiennya pengobatan, mencegah terbunuhnya kuman lain yang diperlukan tubuh, dan mengurangi timbulnya multi resistance.
Bersamaan dengan itu, segera dilakukan pemeriksaan kuman, dengan pengecatan gram, biakan kuman dan ujikepekaan kuman.
Penggunaan antibiotik secara terarah adalah pemberian antibiotik pada kasus infeksi yang sudah diketahui jenis kumannya. Antibiotik yang dipilih hendaklah yang paling efektif, paling aman dengan spektrum yang sempit. Cara pemberian dapat secara parenteral/oral atau topikal. Dalam memilih cara pemberiannya hendaknya dipertimbangkan berdasar tempat infeksi dan beratnya infeksi.
Bila diperlukan antibiotik kombinasi, hendaknya penggunaannya ditujukan untuk memperlebar spektrum aktifitas (misalnya pada terapi empirik atau infeksi campuran), mendapatkan efek bakterisidal yang cepat dan sempurna (sinergistik, misalnya pada kasus endokarditis enterokokus), atau untuk mencegah timbulnya kekebalan kuman, misalnya pada pengobatan tuberkulosis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar