farma

farma
farma

Rabu, 15 Agustus 2012

Mengintip Gaji Petinggi BUMN FARMASI

Bagi Gunawan Pranoto, Direktur Utama Kimia Farma (thn 2008) , dengan gaji yang
diterimanya saat ini ia sudah sepatutnya bersyukur. ?Dalam bekarir gaji
bukanlah segala-galanya. Yang penting bisa memberi manfaat,? ungkapnya
diplomatis. Menurutnya, gaji level direktur utama atau jajaran direksi
yang tinggi sejatinya hanya berupa asumsi. ?Besar-tidaknya gaji level
direktur sangat tergantung pada skala bisnisnya dengan swasta,?
imbuhnya. Artinya, perusahaan seperti Kimia Farma dalam menjalankan
bisnisnya akan bersaing dengan pihak swasta. Eksekutif mempunyai
tanggung jawab yang sama untuk membesarkan perusahaan. ?Konsumen ketika
membeli obat, juga tidak akan melihat apakah produknya itu dari
perusahaan swasta atau BUMN kan?? ujarnya.
Menurut Gunawan, penentuan gaji para eksekutif di BUMN sudah ada
pedomannya. ?Rumus-rumusnya juga sudah ada, perhitungannya rumit,?
katanya. Besaran gaji sangat ditentukan oleh besarnya aset yang
dikelola. Sementara Sjamsul Arifin, Direktur Keuangan Kimia Farma
memaparkan berdasarkan survei penggajian Gabungan Pengusaha Farmasi
(GPF), terdapat tiga kategori. Ada perusahaan yang berada pada batas
atas, bawah, dan rata-rata. ?Setiap perusahaan memiliki policy
masing-masing,? katanya. Perusahaan yang besar dan kuat cenderung menuju
batas atas, sedangkan perusahaan kecil cenderung masuk ke kategori batas
bawah, dan perusahaan menengah masuk kategori yang rata-rata.
Di perusahaan dalam batas atas, untuk level brand manager, misalnya
gajinya berkisar Rp 25-30 juta/bulan, sedangkan di batas bawah ada yang
Rp 10-15 juta/bulan. Perusahaan-perusahaan yang berada di batas atas
biasanya perusahaan PMA dengan menggaji dalam kurs asing dan PMDN yang
besar. ?BUMN berada pada kategori rata-rata,? ujar Gunawan. Diakuinya,
sebelumnya, Kimia Farma mengikuti standar gaji pegawai negeri sipil.
Namun setelah menjadi perusahaan terbuka, Kimia Farma cenderung
mengikuti tren pasar. ?Ada yang di bidang-bidang tertentu menggaji lebih
rendah, tapi ada yang lebih mahal seperti di divisi pemasaran dan
penjualan atau divisi apotek,? imbuhnya. Untuk apotek, dari hasil survei
GPF diperoleh data, karyawan Apotek Kimia Farma mengantongi gaji lebih
besar dibanding gaji di apotek-apotek lain. Sementara sistem penggajian
di level board of director menurutnya sangat tergantung pada performa.
?Bonus dan tantiem biasanya diberikan dengan pertimbangan perolehan
laba,? cetusnya.
Pola penggajian itu sendiri menurutnya diberikan dengan sistem
kompensasi berdasarkan rumusan 3P yakni: person, posisi dan performa.
Person, terdiri dari gaji dasar dengan melihat standar kebutuhan hidup.
Posisi, dengan memberikan tunjangan jabatan yang diukur berdasarkan job
analisys, job ranking/grading dan salary survey. Sementara berdasarkan
performa, dengan melihat variabel aktivitas yang terkait dengan kinerja
individu dan profit sharing (bonus) seperti komisi penjualan, jasa
produksi, bonus triwulan dan bonus tahunan. Bonus dan tantiem sendiri
dilihat berdasarkan aset, omset dan tren laba, sedangkan komposisi fixed
salary dengan variable salary biasanya antara level top management dan
level bawah (low management) berbeda. ?Bila dilihat grafiknya, semakin
tinggi posisinya, semakin besar variable salary- nya. Sementara untuk
level semakin ke bawah, maka fixed salary-nya yang membesar sementara
variable salary-nya mengecil,? Gunawan menguraikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar